Bengkulu 02 Oktober 2013 - pukul 09.30 WIB telah dilaksanakan kegiatan Ceremonial Penanaman Mangrove di Area Pelabuhan Pulau Baai, yang dihadiri oleh Dirjen BPDASPS Departemen Kehutanan RI DR Ir Hilman Nugroho, Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamzah, S.Ag.,M.Pd, Wakil Gubernur Bengkulu Sultan B. Najamudin, Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Tatang Soemantri, Danrem 041/Gamas Kolonel Inf. Teguh Pambudi, Danlanal Bengkulu Letkol Laut (P) Horas Wijaya Sinaga,SE. Ketua Pengadilan Tinggi Bengkulu, Kepala Kejaksaan Tinggi Bengkulu, Ketua Pengadilan Agama Bengkulu, Rektor UNIB, Rektor UMB, Walikota Bengkulu H. Helmi Hasan, Kapolresta Bengkulu, Kepala BRI Bengkulu, Kadis Kehutanan Provinsi Bengkulu, Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kasrem 041/Gamas, Dandim 0409/Rejang Lebong, Dandim 0407/Kota Bengkulu.
Dalam kegiatan tersebut Danlanal Bengkulu selaku penanggung jawab penanaman mangrove sekaligus wakil ketua panitia HUT TNI ke 68 Provinsi Bengkulu memberikan sambutan mengawali pembukaan acara ceremonial tersebut. Danlanal menyampaikan bahwa konservasi secara swakelola yang didasarkan atas kerja sama TNI dan Kementrian Kehutanan dalam usaha rehabilitasi hutan dikawasan hutan, penanaman mangrove seluas 50 hektar sepanjang areal pantai dan pelabuhan Pulau Baai Bengkulu dengan waktu 1 bulan.
Menurut Danlanal Bengkulu dalam wawancaranya disela-sela kegiatan menyampaikan bahwa maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami, sehingga masyarakat merasa memiliki dan membutuhkan betapa penting kehadiran dan keberadaan mangrove untuk keselamatan bersama.
Ada banyak hal terkait isu-isu lingkungan mulai dari yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global, diantaranya kekeringan,banjir, longsor, erosi pantai, intrusi air laut, kebakaran hutan, pencemaran minyak lepas pantai, pemanasan global (Global Warming), penipisan lapisan ozon, hujan asam, desertifikasi, penurunan keanekaragaman hayati, pencemaran limbah B-3 dll.
Danlanal juga memberikan sample seperti dinegara maju diantaranya di Jepang salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain. Hal ini lah yang menjadi faktor utama pentingnya keberadaan mangrove di Wilayah Bengkulu.
Adapun sambutan Dirjen (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Perhutanan Sosial (BPDASPS) DR Ir Hilman Nugroho dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa Kementrian Kehutanan RI telah melakukan kerjasama dengan TNI dalam bentuk Nota Kesepakatan tentang Rehabilitasi Hutan di Kawasan Konservasi dan Pelindungan Hutan. Untuk di Indonesia baru pertama kali hal ini dilakukan TNI AL khususnya Lanal Bengkulu sebagai pelopor pelaksanaan dalam merealisasikan kerjasama penanaman mangrove. Dirjen BPDASPS sekaligus menyampaikan selamat merayakan HUT TNI ke 68 semoga kegiatan ini menjadi kado yang berharga demi Nusa dan Bangsa. Indonesia adalah salah satu dari Negara terbesar yang memiliki hutan mangrove, kemudian dijelaskan bahwa ada beberapa varian mangrove yang secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering. Sepanjang garis Pantai Bengkulu saya rasa memiliki substrat yang dapat menjadi media pertumbuhan mangrove yang akan kita tanam dan lestarikan.
Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamzah, S.Ag., M.Pd juga menyampaikan kepada semua pihak untuk mendukung atas kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dan kegiatan reboisasi hutan dimana kegiatan tersebut akan bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Ajakan Gubernur dalam sambutannya bahwa mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memiliki hutan sebagai paru-paru dunia dan pencegah terjadinya bencana alam, semoga kegiatan ini akan berlangsung secara kontinyu. Setelah mendengarkan kata sambutan tersebut dilaksanakan MOU penanaman mangrove oleh Dirjen BPDASPS Kementrian Kehutanan RI dan Danlanal Bengkulu yang disaksikan oleh Gubernur Bengkulu dan penyerahan secara simbolis bibit pohon bakau oleh Dirjen BPDASPS, Gubernur Bengkulu, Danrem 041/Gamas, Danlanal, kepala BPDASPS Ketahun kepada perwakilan elemen TNI, POLRI, pemerintah, pelajar dan masyarakat, dilanjutkan dengan pelaksanaan penanaman mangrove secara bersama-sama, dan melibatkan para pelajar SMA Plus N 7 Bengkulu, SMK Taruna Bengkulu.//Pen Lanal Bengkulu.
Menurut Danlanal Bengkulu dalam wawancaranya disela-sela kegiatan menyampaikan bahwa maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami, sehingga masyarakat merasa memiliki dan membutuhkan betapa penting kehadiran dan keberadaan mangrove untuk keselamatan bersama.
Ada banyak hal terkait isu-isu lingkungan mulai dari yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global, diantaranya kekeringan,banjir, longsor, erosi pantai, intrusi air laut, kebakaran hutan, pencemaran minyak lepas pantai, pemanasan global (Global Warming), penipisan lapisan ozon, hujan asam, desertifikasi, penurunan keanekaragaman hayati, pencemaran limbah B-3 dll.
Danlanal juga memberikan sample seperti dinegara maju diantaranya di Jepang salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain. Hal ini lah yang menjadi faktor utama pentingnya keberadaan mangrove di Wilayah Bengkulu.
Adapun sambutan Dirjen (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Perhutanan Sosial (BPDASPS) DR Ir Hilman Nugroho dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa Kementrian Kehutanan RI telah melakukan kerjasama dengan TNI dalam bentuk Nota Kesepakatan tentang Rehabilitasi Hutan di Kawasan Konservasi dan Pelindungan Hutan. Untuk di Indonesia baru pertama kali hal ini dilakukan TNI AL khususnya Lanal Bengkulu sebagai pelopor pelaksanaan dalam merealisasikan kerjasama penanaman mangrove. Dirjen BPDASPS sekaligus menyampaikan selamat merayakan HUT TNI ke 68 semoga kegiatan ini menjadi kado yang berharga demi Nusa dan Bangsa. Indonesia adalah salah satu dari Negara terbesar yang memiliki hutan mangrove, kemudian dijelaskan bahwa ada beberapa varian mangrove yang secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering. Sepanjang garis Pantai Bengkulu saya rasa memiliki substrat yang dapat menjadi media pertumbuhan mangrove yang akan kita tanam dan lestarikan.
Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamzah, S.Ag., M.Pd juga menyampaikan kepada semua pihak untuk mendukung atas kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dan kegiatan reboisasi hutan dimana kegiatan tersebut akan bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Ajakan Gubernur dalam sambutannya bahwa mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memiliki hutan sebagai paru-paru dunia dan pencegah terjadinya bencana alam, semoga kegiatan ini akan berlangsung secara kontinyu. Setelah mendengarkan kata sambutan tersebut dilaksanakan MOU penanaman mangrove oleh Dirjen BPDASPS Kementrian Kehutanan RI dan Danlanal Bengkulu yang disaksikan oleh Gubernur Bengkulu dan penyerahan secara simbolis bibit pohon bakau oleh Dirjen BPDASPS, Gubernur Bengkulu, Danrem 041/Gamas, Danlanal, kepala BPDASPS Ketahun kepada perwakilan elemen TNI, POLRI, pemerintah, pelajar dan masyarakat, dilanjutkan dengan pelaksanaan penanaman mangrove secara bersama-sama, dan melibatkan para pelajar SMA Plus N 7 Bengkulu, SMK Taruna Bengkulu.//Pen Lanal Bengkulu.





